Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia sedang giat membangun infrakstruktur di darat dan di laut dalam rangka menciptakan konektivitas. Pemerintah juga bertekad menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Demikian disampaikan anggota Komisi 1 DPR yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR RI, Tantowi Yahya, saat menjadi pembicara kunci dalam forum pertemuan para walikota se-China dan Asean di Nanning, China (Selasa, 27/9).
Tema yang diusung forum tahunan yang dihadiri 150 walikota dan beberapa pejabat tinggi China dan negara Asean tersebut adalah "Jalur Sutra Maritim Cina Abad ke 21, Komunitas Kota di Cina dan Asean."
"Untuk membangun itu semua diperlukan dana yang sangat besar. Indonesia jelas sangatlah realistis. Tidak lah mungkin membangun itu semua dengan hanya mengandalkan APBN. Diperlukan sinergitas dengan dunia internasional melalui berbagai sumber pendanaan, dan kerjasama komprehensif dengan negara-negara di kawasan," kata Tantowi Yahya
Dalam pidatonya, Tantowi mengimbau agar China senantiasa aktif dalam menjelaskan kepada negara-negara yang dilalui Jalur Sutra abad ke-21 tersebut tentang apa itu program One Belt One Road (OBOR), serta mengapa dan bagaimana pelaksanaannya. China harus mampu menjamin OBOR sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara melalui terciptanya lapangan pekerjaan, serta menjamin berlangsungnya stabilitas keamanan di setiap negara.
"Indonesia menyambut baik program OBOR, dan akan ikut bergabung bersama beberapa negara lain setelah memperhatikan secara seksama berbagai kepentingan nasional," jelas Tantowi.
Pemerintah China mencoba membangkitkan kembali jalur legendaris tersebut melalui program One Belt One Road yang mengintegrasikan 65 negara, 4,4 miliar penduduk dan 40 persen GDP dunia. Jalur Sutra adalah jejak historis bangsa China sekitar 2 milenium lalu yang menghubungkan Barat, Timur dan China. Jalur ini terbentang melalui daerah-daerah di Benua Asia dan Laut Mediterania.
Di samping sebagai jalur dagang, Jalur Sutra juga memfasilitasi pertukaran budaya China dengan negara-negara di Barat, dan berkontribusi besar pada sejarah perdagangan Cina dengan negara-negara di Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Barat dan Afrika.
One Belt One Road adalah desain besar Cina utk mengintegrasikan semua bangsa dari Asia Tengah ke Eropa dan Afrika; dan dari Asia Tenggara ke Semenanjung Arab. Negara-negara yang dilalui Jalur ini digambarkan akan mendapatkan berbagai keuntungan. Bukan saja di bidang ekonomi dan perdagangan, tapi juga di hubungan manusia dengan manusia, konektivitas, pertukaran budaya dan sebagainya. Sebagai sebuah negara besar dan maju, China lebih banyak mengimpor (13.8 persen) daripada ekspor (8.9 persen).
Cina memilih Kazakhstan di Asia Tengah dan Indonesia di Asia Tenggara sebagai titik awal bangkitnya Jalur Sutra Abad 21 ini. Pemilihan kedua negara ini tentu bukan saja berdasarkan pada letak geografis tapi lebih pada kekuatan dan potensi ekonomi kedua negara. Kazakstan adalah negara bekas bagian Uni Soviet dengan ekonomi yang relatif stabil. Indonesia satu-satunya negara Asean yang menjadi anggota G-20.
"Bagi Indonesia yang 2/3 wilayahnya adalah air, dan menjadikan maritim sebagai poin penting yang mendasari kebijakan-kebijakan di bidang politik dan ekonomi, forum ini sangatlah penting dan tepat dari sisi waktu," demikian Tantowi.