Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani melakukan kunjungan kerja ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Puan pun mengadakan pertemuan bilateral dengan Chinese People's Political Consultative Conference/CPPCC yang merupakan Badan Penasihat Politik Tiongkok.
Pertemuan Puan dengan CPPCC digelar di Gedung Great Hall of The People (Balai Agung Rakyat) Tiongkok yang terletak di tepi lapangan Tiananmen, Beijing, Selasa (28/5/2024). Ia diterima langsung oleh Ketua CPPCC, Wang Huning, seorang teoretikus politik Tiongkok dan salah satu pemimpin papan atas Partai Komunis Tiongkok (PKT).
“Saya ingin sampaikan apresiasi atas sambutan hangat bapak Wang Huning, Ketua CPPCC, untuk menerima kunjungan saya dan delegasi DPR RI di Beijing, kota yang modern dan dinamis ini,” kata Puan di awal pertemuan, dalam rilis yang diterima Parlementaria, di Jakarta.
Bilateral meeting tersebut berlangsung dengan hangat selama hampir satu jam di Ruang Anhui, Gedung Great Hall of The People. CPPCC yang kerap disebut sebagai Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat (MPPR) Tiongkok sendiri merupakan bagian sentral dari sistem front persatuan Partai Komunis Tiongkok.
Anggota MPPR memberikan nasihat dan mengajukan proposal mengenai isu-isu politik dan sosial kepada badan-badan pemerintah Tiongkok. Namun CPPCC atau MPPR adalah badan yang tidak memiliki kekuasaan legislatif yang nyata karena meskipun konsultasi dilakukan, hal tersebut diawasi dan diarahkan oleh PKT.
Kedatangan Puan didampingi oleh sejumlah anggota DPR, di antaranya Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, Ketua Komisi V DPR RI Lasarus, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Diah Pitaloka, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris, Wakil Ketua BURT DPR RI Dede Indra Permana, Anggota Komisi III DPR RI Johan Budi, Anggota Komisi IX DPR RI Krisdayanti, dan Anggota Komisi XI DPR RI Masinton Pasaribu.
Sementara Wang Huning menerima rombongan delegasi DPR RI bersama Wakil Ketua MPPR, Shi Taifeng dan Shao Hong, Ketua Komisi Bangsa dan Agama MPPR Zhang Yijiong, Deputi Sekjen MPPR Mrs. Zou Jiayi, serta perwakilan National People's Congress/NPC (Dewan Legislatif) China yakni Anggota Komisi Pertanian dan Pedesaan NPC Mrs. Zhao Lixin dan Deputi Sekjen NPC Hu Xiaoli.
Kepada MPPR, Puan berharap pertemuan ini dapat membuka peluang untuk memperluas kerja sama antara Indonesia dan RRT.
“Dan tentunya saya berharap pertemuan ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat kerja sama antarkedua negara yang lebih berkualitas, sehingga dapat memberikan dampak konkret dan bermanfaat bagi Indonesia dan RRT serta bagi para pelaku usaha kecil dan menengah,” ucapnya.
Persahabatan Indonesia dan Tiongkok diketahui telah memasuki babak baru dengan memasuki peringatan 75 tahun hubungan diplomatik pada 2025 mendatang. RRT pun merupakan salah satu mitra terpenting bagi Indonesia karena Tiongkok adalah salah satu mitra perdagangan dan investasi terbesar di Indonesia.
Puan mengatakan, RRT adalah mitra strategis yang mampu mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ASEAN, Indo-Pasifk serta serta di tingkat global. Ia berharap kerja sama bilateral antara Indonesia dan Tiongkok dapat difokuskan untuk mengimplementasikan Plan of Action for Strengthening the Comprehensive Strategic Partnership 2022-2026 yang telah ditetapkan bersama.
“Saya berpandangan bahwa konsultasi kedua negara perlu dilakukan pada berbagai level. Pertemuan saya dengan Ketua CPPCC bernilai penting karena kita masing-masing memiliki pengaruh yang cukup kuat di negara kita,” tutur Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
“Saya berharap melalui kesempatan ini kita bisa terus mendukung hubungan politik yang baik, terutama dalam hubungan antarparlemen. Saya juga ingin mendorong penguatan kerja sama antarparlemen melalui mekanisme dialog yang rutin dan saling kunjung antar pimpinan dan anggota parlemen,” sambung perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR tersebut.
“Saya juga ingin mendorong penguatan kerja sama antarparlemen melalui mekanisme dialog yang rutin dan saling kunjung antar pimpinan dan anggota parlemen”
Secara khusus, mantan Menko PMK ini menyoroti sejumlah hal. Puan menilai perkembangan ekonomi dunia yang menunjukkan gejala fragmentasi dapat menjadi peluang untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara.
“Saya mendorong peningkatan perdagangan kedua negara di tengah berbagai ketidakpastian global yang terjadi saat ini,” ungkapnya.
Sejak tahun 2021, perdagangan Indonesia dan Tiongkok mencatat kenaikan signifikan pertama kali melebihi US$ 100 miliar. Pada tahun 2023 perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$ 127 miliar. Meski demikian, potensi perdagangan masih dapat terus dikembangkan.
“Di bidang investasi, saya mendorong lebih banyak investasi Tiongkok di Indonesia. Indonesia tentu siap untuk menjadi bagian rantai pasok global (global supply chain) dalam hubungan ekonomi yang saling menguntungkan,” sebut Puan.
Dalam kaitan ini, Puan mengharapkan investasi Tiongkok di Indonesia memperhatikan aspek berkelanjutan (sustainability) dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Termasuk dalam peningkatan standar Environmental, Social, and Governance (ESG).
Lebih lanjut, Puan menggarisbawahi tentang Regional Comprehensive Economic Corridor sebagai bagian penting Kemitraan Strategis Komprehensif kedua negara.
“Dukungan RRT sangat krusial bagi percepatan implementasi, proyek strategis di Kawasan Industri Kalimantan Utara, khususnya investasi di bidang Petrokimia. Saya juga mendukung peningkatan kerja sama pembangunan untuk infrastruktur, hilirisasi industri, manufaktur, transisi energi, ketahanan pangan dan investasi,” urainya.
Puan pun menyatakan menyambut baik berbagai isu kunci yang mendukung peningkatan hubungan dagang antara Indonesia dan Tiongkok, di antaranya peningkatan kerja sama di bidang ekonomi digital seperti melalui kerja sama di bidang e-commerce, pembayaran dengan QRIS, dan mendorong transformasi digital di Indonesia.
“Kemudian dukungan RRT terhadap pembangunan hijau di Indonesia melalui kerja sama di bidang transisi energi dan energi terbarukan,” terang Puan.
Terkait sosial dan budaya, Puan berharap kerja sama pendidikan dan pembangunan kapasitas antara Indonesia dan Tiongkok dapat diperkuat melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa Indonesia baik di bidang riset maupun vokasi.
Lalu juga dalam hal penyediaan pelatihan Bahasa Mandarin, dan pelatihan training of trainer di bidang industri yang sudah berjalan dua angkatan serta mendorong untuk terus dilanjutkan.
Di sisi lain, Puan mengatakan DPR mendukung penuh akan implementasi PoA kesehatan, pusat penelitian, pengembangan vaksin genomik, dan kerja sama alat kesehatan dalam upaya akselerasi kerja sama kesehatan.
“Termasuk penguatan kerja sama penelitian dan pengembangan tanaman herbal, serta transformasi sistem dan tata kelola pelayanan kesehatan,” ujar cucu Bung Karno itu.
Terkait upaya peningkatan kerja sama di bidang pariwisata, Puan berharap agar dibukanya lebih banyak penerbangan langsung dan fasilitas kunjungan timbal balik wisata, bisnis dan investasi, serta kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok.
“Saya juga mendorong people-to-people contact yang lebih intensif. Hubungan antar masyarakat adalah fondasi bagi kokohnya hubungan antar negara,” jelas Puan.
Dalam pertemuan ini, Puan juga menyinggung soal situasi keamanan global, khususnya di Timur Tengah. Ia mengajak CPPCC untuk terus memperkuat kerja sama bagi penyelesaian masalah di Palestina.
“Saya mengharapkan dukungan Yang Mulia untuk adanya gencatan senjata secara permanen dan segera, dan dibukanya akses terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dengan tujuan akhir adalah implementasi adanya 2 (two) states solution,” tutur Puan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua CPPCC Wang Huning menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan Puan dan delegasi DPR ke Beijing. Ia menyatakan China juga mendukung segera terealisasinya perdamaian di Palestina.
“Kami berharap kunjungan ini semakin meningkatkan hubungan Indonesia dan RRT yang mempunyai sejarah panjang. Semoga kunjungan ini bermanfaat bagi negara serta rakyat Indonesia dan Tiongkok,” ucap Wang Huning.