Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan, negara-negara OKI (Organisasi Konferensi Islam) bisa menekan Israel jika bersatu. Menurut Fadli, negara-negara Muslim memiliki kapasitas yang sangat besar, terutama dalam hal sumber daya manusia dan energi.
“Karenanya, negara-negara Muslim harus bisa menggunakan kapasitasnya tersebut untuk mendukung kepentingan mereka sendiri, itu sebabnya kekuatan dunia Islam harus bersatu,” demikian diungkapkan Fadli kepada Ketua Parlemen Iran Ali Larijani dalam Konferensi ke-13 PUIC (Parliamentary Union of the OIC Member States) di Teheran, baru-baru ini.
Mewakili Indonesia, Fadli menyampaikan, PUIC harus menjadi organisasi yang kuat dan berpengaruh melalui dukungan Iran. Terkait dengan isu Palestina, misalnya, Indonesia berharap agar negara-negara OKI bisa kompak dalam membela Palestina.
“Parlemen Indonesia konsisten menyuarakan imbauan agar negara-negara OKI memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Jika OKI kompak, itu pasti akan memberikan tekanan yang berarti untuk Israel,” seru Fadli.
Fadli mengingatkan, PUIC harus memfasilitasi penyatuan kekuatan tersebut. Menurutnya, parlemen negara-negara Muslim harus bersatu meredakan konflik di dunia Islam. Hal ini diperlukan agar negara Islam tak mudah diadu domba oleh Barat untuk kepentingan dagang. PUIC harus aktif terlibat memecahkan masalah-masalah dunia Islam.
Dirinya juga berharap agar pemerintah dan parlemen Iran terlibat dalam penyelesaian isu Rohingya. Ia bahkan meminta Ketua Parlemen Iran mengunjungi para pengungsi Rohingya yang ada di Bangladesh. Sebab, kunjungan tersebut akan memberikan dukungan moral dan politik yang berarti bagi penyelesaian kasus Rohingya.
“Saya juga menyampaikan agar dalam Konferensi PUIC di Iran kali ini bisa disepakati agar PUIC membentuk sebuah komite untuk kasus Rohingya. Komite ini harus datang ke Myanmar dan ikut menekan Myanmar agar menghentikan aksi kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya. Selain itu, negara-negara OKI juga harus peduli dan membantu Bangladesh yang sejauh ini menjadi negara yang paling banyak dibanjiri oleh pengungsi Rohingya,” ujar Fadli.
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani menyambut baik usulan-usulan yang disampaikan Indonesia dan sebagai tuan rumah berjanji akan mengakomodasi pikiran-pikiran tersebut. Ia menilai, Indonesia punya posisi dan kontribusi penting, baik di dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) maupun dalam PUIC.
Sama halnya dengan Indonesia, Iran juga berpandangan peran PUIC selama ini memang belum optimal, baik di lapangan politik maupun di lapangan ekonomi dan perdagangan. Padahal, PUIC punya potensi yang sangat besar. Karena itu, Iran mengapresiasi pemikiran dari delegasi Indonesia. Parlemen Iran melihat kontribusi Indonesia bagi perbaikan PUIC juga sangat tinggi.
Larajani juga mengharapkan agar kerjasama antara Indonesia dan Iran semakin meningkat. Menurutnya, Indonesia dan Iran sebenarnya telah memiliki hubungan sejak lama, tapi hubungan ekonomi antara Iran dengan Indonesia masih rendah, kalah dibanding hubungan Iran dengan Turki.
Untuk meningkatkan hubungan antara Indonesia dengan Iran, Larajani mengusulkan adanya pertukaran kunjungan bisnis. “Juga perlu ada penerbangan langsung dari Teheran ke Jakarta. Selama ini yang ada baru carter flight ke Bali yang sifatnya non-reguler. Kami tentu saja menyambut baik usulan tersebut, dan akan kami teruskan ke pemerintah. Hubungan kedua negara memang harus makin ditingkatkan ke depannya,” terang Fadli.
“Saat ini nilai hubungan Indonesia dan Iran baru mencapai US$350 juta. Tahun lalu, kita baru merencanakan untuk memperbesarnya menjadi US$2 miliar. Padahal hubungan dagang Iran dengan Turki tahun lalu sudah dirancang akan meningkat menjadi US$ 30 miliar per tahun. Sebagai negara Muslim terbesar, hubungan dagang antara Indonesia dengan Iran harusnya bisa lebih besar lagi,” pungkasnya.