Siapa Caleg 2024 untuk DPR-RI/ DPD-RI/ DPRD Prov. dan DPRD Kab./Kota-mu? Cek di sini...

Berita Anggota Parlemen

RI Potensial Jadi Negara Pengekspor Sapi

Wakil Ketua Komisi IV DPR Viva Yoga Mauladi mengatakan, Indonesia harus memiliki gagasan visioner untuk menjadi negara pengekspor pangan. “Meskipun saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor masih tinggi, kita harus mempunyai gagasan visioner sebagai Negara pengekspor pangan dunia,” ujar dia dalam Focus Group Discussion (FGD) Bincang Bincang Agribisnis, Review & Outlook 2016 Program Swasembada Daging, di Jakarta, Rabu (9/12).

Menurutnya, hal itu pun berlaku untuk daging sapi, meskipun kita masih melakukan impor sapi di tahun 2014 sebesar 230.000 ton setara daging segar, kedepannya kita mesti memiliki keyakinan kuat jika Indonesia bisa melakukan ekspor sapi di kemudian hari. “Terdapat, tiga strategi bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara pengekspor sapi, pertama, peningkatan populasi sapi. Kedua, peningkatan mutu dan kualitas sapi, dan ketiga, peningkatan kesejahteraan petani-peternak sapi,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno. Menurutnya, peningkatan populasi sapi dapat dilakukan dengan cara mengimpor sapi indukan. “Paling tidak, akan ada angka angka sapi yang meningkat. Dengan peternakan yang sudah terkonsolidasi, angka produksi menjadi pede dalam menghitungnya. Untuk tahun depan, pemerintah sedikitnya membutuhkan 35 ribu indukan baru, namun dalam kesepakatan awal DPR, hanya disetujui angka 25 ribu ekor indukan,” ujar dia.

Menurut dia, sapi indukan impor tersebut kemudian dikelola dalam kawasan SPR. Digulirkannya program Sentra Peternakan Rakyat (SPR) merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi nasional, selain itu upaya tersebut ditujukan untuk mengangkat dan memberdayakan peternak kecil yang menjadi peternak mayoritas di Indonesia. “Selama ini pemerintah langsung mengerjakan ternaknya, tapi tidak menggarap peternaknya. SPR itu orientasinya mencerdakan peternaknya. Program SPR itu akan mengubah peternak yang berjalan sendiri sendiri saat ini, agar bisa bergerak dan berbisnis secara berkelompok, semua tempatnya difasilitasi oleh pemerintah, jaringan bisnisnya diperkuat," katanya.

Menurut Ekonom Pertanian IPB Muhammad Firdaus, peningkatan populasi sapi mutlak dilakukan. Pemerintah memerlukan “double track” strategi dalam meningkatkan populasi sapi nasional. Yaitu melalui peningkatan populasi seperti model SPR yang dikembangkan pemerintah saat ini, dan juga peningkatan populasi melalui model korporasi. Korporasi harus diberikan berbagai macam insentif agar termotivasi untuk meningkatkan skala usahanya, baik penggemukan maupun juga pembibitan.

“Prediksi saya jika Income perkapita naik sekitar 5% maka permintaan daging sapi akan naik sekitar 10%, terlebih daging ini disebagian masyarakat Indonesia bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan semata, namun sebagai bentuk prestise kepercayaan diri. Konsumsi daging dianggap sebagai bentuk kesejahteraan dan peningkatan strata sosial, dengan demikian ketersediaannya harus terjamin,” ujar dia.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus mengatakan, peningkatan populasi diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya kepastian peningkatan konsumsi. “Proyeksi konsumsi daging sapi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mencapai 2,58 kg/kapita/tahun dibanding angka proyeksi sebelumnya 1,78 kg/kapita/tahun. Menurut BPS konsumsi tahun 2014 sudah mencapai 3,05 kg/kapita/tahun. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk 250 juta dan setiap tahun ada kenaikan populasi manusia Indonesia rata-rata 3 juta, maka permintaan semakin meningkat, sedangkan suplainya tidak akan mencukupi bahkan akan terjadi pemotongan jumlah betina produktif semakin massif, mungkin dalam waktu 50 tahun populasi sapi bisa punah,” jelasnya. [O-2]

Diposting 10-12-2015.

Dia dalam berita ini...

Viva Yoga Mauladi

Anggota DPR-RI 2014
Jawa Timur X