Siapa Caleg 2024 untuk DPR-RI/ DPD-RI/ DPRD Prov. dan DPRD Kab./Kota-mu? Cek di sini...

Berita Anggota Parlemen

SMP dan SMA di Australia: Relevan dan Mencerdaskan

Neng Koala, 16-11-2012

Pada intinya, sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah relevan dan mencerdaskan.  Pemerintah dan siswa sama-sama melakukan investasi.  Pemerintah membangun sistem sekolah untuk mencetak manusia yang cerdas, bermartabat dan mampu bersaing secara global, sedangkan siswa menginvestasikan waktunya untuk menjadi manusia yang tangguh.

Keinginan saya untuk bersekolah bersama Rifqi, anak saya satu-satunya, terwujud pada saat saya menerima beasiswa Australian Leadership Award (ALA) untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktoral di Australian National University di Canberra.   Sebagai penerima beasiswa dari AusAID (Australian Agency for International Development), saya diperbolehkan membawa  Rifqi, dan dia dibebaskan dari biaya pendidikan sampai lulus SMA, asalkan bersekolah di Public School atau sekolah negeri.Prosedur untuk mendaftar sekolah di Canberra tidaklah sulit.  Yang diperlukan adalah surat pengantar dari Departemen Pendidikan ACT (Australia Capital Territory) yang telah diuruskan oleh AusAID.  Surat tersebut dibuat berdasarkan aplikasi visa saya yang menyatakan bahwa saya membawa anak usia sekolah.  Karena wajib belajar di Australia berlaku hingga SMA, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menjamin bahwa tidak ada anak usia sekolah di rayon sekolah tersebut yang tidak bersekolah.

Sejak di Jakarta saya sudah memilih SMP mana yang potensial untuk menjadi sekolah Rifqi, dan lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus saya, ANU (Australian National University).  Pilihan saya jatuh pada Lyneham High School yang mempunyai reputasi sangat baik di Canberra.  Berdasarkan lokasi Lyneham High School, saya menentukan lokasi rumah untuk disewa.  Syukurlah, kami mendapatkan apartemen 2 kamar yang lokasinya sekitar 500 meter dari sekolah Rifqi, dan 3.5 km dari ANU.

Rifqi tiba diantar oleh mas Ikong (suami saya) pada bulan Juli 2010 setelah dia tamat SMP.  Kami menghadap wakil kepala sekolah Lyneham High School yang langsung mewawancara Rifqi.  Karena kalender sekolah Indonesia dimulai di bulan Juli sedangkan  di Australia dimulai bulan Januari, Rifqi diminta memilih apakah ingin “lompat” kelas atau “turun” kelas.  Selain itu, di Australia, high school berlangsung dari kelas 7 sampai kelas 10.  Sedangkan kelas 11 dan 12 (setara dengan kelas 2 dan 3 SMA di Indonesia) dikategorikan sebagai “College” atau persiapan ke perguruan tinggi.

Rifqi dan Paul, salah satu teman baiknya di Dickson College

Rifqi memutuskan untuk “turun” kelas, atau masuk kelas 9 (setara kelas 3 SMP di Indonesia) dengan pertimbangan agar bisa mengikuti pelajaran dengan lebih yakin.  Mata pelajaran SMP di Australia sangatlah tepat guna dan mendalam.  Misalnya, di tingkat SMP Rifqi bisa memilih 5 mata pelajaran wajib dan 2 mata pelajaran pilihan.   Mata pelajaran wajib meliputi Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS, dan olah raga.  Sedangkan mata pelajaran pilihan meliputi band, pertukangan, memasak, metalurgi, seni lukis dan banyak lagi.   Agama tidak diajarkan di sekolah.  Budi pekerti dinilai dari kedisiplinan siswa dalam memenuhi jadwal tugas, tidak terlambat ke sekolah, dan partisipasi di dalam dan di luar kelas.  Jika Rifqi terlambat 15 menit tanpa lapor, secara otomatis saya diberitahu oleh sekolah melalui sms.  Jika Rifqi gagal memenuhi tenggat waktu memasukkan tugas, saya dikirimi email oleh gurunya.  Selain itu ada sanksi yang berat jika siswa melakukan pelecehan kepada siswa lain, merokok atau mabuk.

Di usia 15 tahun, Rifqi juga sudah boleh bekerja paling banyak 10 jam seminggu.  Dalam hal ini, Rifqi mengambil kesempatan untuk bekerja di Pizza Hut sampai dia berusia 16 tahun.  Kebetulan Pizza Hut lokasinya di pusat pertokoan Dickson yang letaknya hanya 500 meter dari rumah.  Pengalaman ini sangat baik bagi Rifqi untuk menghargai uang, waktu, dan hubungan antar manusia.

Setelah tamat dari kelas 10 Lyneham High School, Rifqi melanjutkan kuliah di Dickson College.  Kebetulan, rumah kami pun pindah ke dekat Dickson College, sehingga Rifqi hanya perlu berjalan kaki 10 menit ke sekolah.

belajar berkelompok di perpustakaan Dickson College pada saat line-off (jam kosong)

Untuk tingkat College (kelas 11 dan 12), siswa diajarkan untuk mandiri dan dipersiapkan untuk ke universitas.  Sistem sekolah mirip dengan kuliah, dimana siswa bisa memilih 4 mata pelajaran wajib dan satu atau 2 mata pelajaran pilihan.  Karena Rifqi berminat untuk melanjutkan ke jurusan Komunikasi dan Media di perguruan tinggi, dia memilih matematika, bahasa Inggris (writer’s workshop), Media, sejarah dan hubungan internasional.Setiap awal kwartal, Rifqi menerima silabus yang berisi rincian tentang pelajaran, jadwal dan target yang akan dicapai pada semester tersebut.   Informasi tersebut juga tersedia on-line dan bisa diakses oleh orang tua siswa.  Sama dengan di Lyneham High School, hubungan antar siswa, guru dan orang tua di Dickson College juga sangat erat.  Setiap acara pertemuan orang tua dan guru, saya diberi masukan tentang kelebihan dan kelemahan Rifqi, sehingga saya bisa bekerjasama dengan guru untuk mendukung Rifqi mencapai nilai maksimal.  Dalam banyak hal, saya melihat siswa Australia sangatlah menjaga tata krama dalam berhubungan dengan sesama.  Karena pendidikan yang interaktif, siswa belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

Mengapa sistem pendidikan menengah Australia bisa mencetak manusia berpikiran maju?

Sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah manusiawi baik bagi siswa maupun guru.  Pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.  Pilihannya banyak, namun siswa hanya memilih pelajaran yang mereka minati.  Di kelas 7 sampai 10, siswa boleh memilih maksimum 7 mata pelajaran (5 wajib dan 1 atau 2 pilihan; sedangkan di kelas 11 sampai 12, siswa memilih maksimum 6 mata pelajaran (4 wajib dan 1 atau 2 pilihan).  Dengan demikian siswa menekuni pelajaran yang sesuai dengan minat dan pilihan masa depan mereka.

Mata pelajaran tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa secara akademis, namun, karena cara penyampaiannya sangat interaktif, kemampuan hidup life skill  seperti berpikir (berpikir kritis, berpikir kreatif dan memecahkan masalah), serta berkelakuan baik behavioral skill (berkomunikasi, berorganisasi, bekerjasama dan memimpin) siswa juga semakin meningkat.

Selain itu, sistem pendidikan di Australia khususnya, tidak mengenal istilah anak yang bodoh, karena semua anak dapat memberi manfaat bagi kehidupan.  Misalnya, pelajaran Matematika di tingkat SMA terdiri dari 4 kategori.  Kategori 1 untuk siswa yang ingin menjadi ilmuwan; kategori 2 untuk siswa yang ingin kuliah di bisnis atau ekonomi; kategori 3 untuk siswa yang ingin melanjutkan kuliah di bidang ilmu sosial; dan kategori 4 untuk yang tidak ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi. Siswa bisa mendapatkan nilai “A” di kategorinya masing-masing.  Dengan demikian mereka dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Rifqi bercanda bersama teman-teman di lapangan basket pada saat istirahat

Dengan cara penyampaian yang menyenangkan, para siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik.  Misalnya, pelajaran sejarah yang di Indonesia biasa dianggap membosankan, di Australia justru menjadi pelajaran yang menyenangkan karena siswa diminta menganalisa sejarah, misalnya tentang Napoleon.  Siswa mempelajari karakter kepemipinan Napoleon dan melihat relevansi kepemimpian beliau terhadap konteks masa kini dan masa depan.  Dengan demikian, pelajaran sejarah menjadi relevan dengan kebutuhan jaman. Atau untuk pelajaran mengarang, setiap siswa harus mempersiapkan tulisan sebesar 1,500 kata untuk mendapatkan peer review dari 4 orang temannya yang diundi pada saat pelajaran bahasa Inggris dimulai.  Kelima orang siswa duduk dalam satu kelompok dan secara bergantian membaca dan memberi masukan konstruktif untuk karya 4 orang siswa lainnya.

Yang juga tak kalah penting adalah jumlah siswa per kelas yang tidak terlalu besar, maksimum 25 siswa per kelas sehingga guru dapat memperhatikan siswa dengan baik.  Jika siswa mengalami kesulitan, guru siap untuk dihubungi setiap saat.  Selain itu, guru juga memberikan masukan bagi konsep tugas yang diberikan oleh siswa sebelum tenggat waktu.  Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik karena dukungan sekolah dan guru yang memadai.  Guru merupakan profesi yang terhormat.  Komunikasi antara guru, siswa dan orang tua sangat terbuka.  Kami berteman dan saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing serta bekerjasama untuk mencapai prestasi akademis yang maksimal.

Saya bersyukur bisa mendampingi Rifqi dalam 4 tahun masa transisinya, dari remaja menjadi dewasa, dalam sistem pendidikan Australia.  Dari hari ke hari saya amati betapa Rifqi menjadi lebih mandiri, baik secara akademis maupun dalam pemecahan masalah sehari-hari.  InshaAllah, di awal tahun 2014 Rifqi siap untuk tinggal sendiri untuk meneruskan sekolahnya di salah satu universitas di Australia.

Diposting 16-11-2012.

Dia dalam berita ini...

Risa Bhinekawati

Caleg DPR-RI 2014-2019
DKI Jakarta III