Nurul Arifin mengaku geregetan setiap kali mengunjungi kota-kota di Indonesia. Perasaan kesal bercampur gemas selalu muncul jika ia melihat jalan di kota yang ia singgahi.
"Saya gemas melihat kota-kota di Indonesia. Tidak ada jalan pedestrian untuk pejalan kaki. Di Jakarta saja, paling kita bisa lihat itu di Jalan Sudirman dan Thamrin," katanya kepada JurnalParlemen.
Nurul ingin pedestrian dibangun di jalan-jalan utama di setiap kota di Indonesia. Konstruksinya harus bagus dan aspalnya berkualitas terbaik, tidak tambal sulam. Hal remeh-temeh pun perlu diperhatikan karena bisa berdampak besar.
Supaya keinginan itu tak cuma terucap di mulut, Nurul Arifin berusaha masuk ke Panitia Kerja (Panja) RUU Jalan. Sejak RUU ini mulai digulirkan dua tahun silam, Nurul sudah memesan satu kursi di Panja. Ia mengaku memang bernafsu jadi anggota Panja RUU Jalan.
"Dari awal sudah saya booking. Kalau (RUU Jalan) itu dibahas, saya mau masuk Panja. Saya mau ikutan di situ karena saya tertarik sekali dengan masalah infrastruktur jalan," ungkapnya.
Politisi Golkar ini melihat masyarakat Jakarta dan sekitarnya akrab dengan banjir. Beberapa kota lain seperti Semarang juga kerap merasakan banjir. Harapan dia, RUU Jalan tak hanya bicara tentang jalan yang berada di atas tanah. Jalan layang hingga infrastruktur di bawah jalan juga perlu masuk dalam aturan.
"RUU Jalan jangan sampai hanya membahas jalan semata. Harus juga memperhatikan infrastruktur. Misalnya, gorong-gorong itu aturannya bagaimana?" katanya.
DPR memang sedang menggodok RUU Jalan sebagai revisi atas UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Meskipun sudah melewati batas pembahasan, DPR berkeras melanjutkan pekerjaannya. RUU ini masuk dalam Prolegnas 2014 setelah sempat dibahas dalam empat masa persidangan.
Pemerintah sempat mengajukan penghentian pembahasan RUU ini. Namun, permintaan pemerintah ditolak oleh mayoritas fraksi di DPR. Alhasil, RUU ini pun dibahas lagi hingga anggota DPR periode sekarang berakhir. Adakah kesempatan Nurul melampiaskan nafsunya?