Anggota Komisi IX DPR RI Poempida Hidayatulloh mendesak Polri segera mengungkap kasus peluru nyasar yang mengenai kepala bayi Fatir Muhammad (13 bulan), hingga menewaskannya.
"Tidak ada alasan bagi pihak kepolisian tidak melakukan penyelidikan secepatnya. Basis dari penyelidikan tidak hanya dari proyektil peluru yang masih bersarang di kepala korban," tegas Poempida di Jakarta, Sabtu (9/3).
Menurutnya, tidak tepat jika pihak kepolisian hanya mengacu pada basis penelitian balistik proyektil semata. Karena secara fisika dan matematika, dapat dilakukan simulasi yang berupa ekstrapolasi dengan memakai variabel sudut jatuhnya proyektil dan muzzle velocity (kecepatan peluru saat ditembakkan) dari berbagai jenis senjata dan pelurunya, guna memastikan radius pelaku penembakan.
Dengan menyisir daerah dalam radius itu dan melakukan pencarian fakta berdasarkan kesaksian tentang letupan senjata api, maka akan dapat lokasi penembakan.
Menurutnya, jika proses penyelidikannya lambat, ia mensinyalir kasus ini terkesan ditutup-tutupi. Pasalnya, bisa saja ini akibat ulah dari oknum aparat. Namun, apa pun yang terjadi sebenarnya, siapa pun pelakunya, demi kebenaran, maka kasus ini harus diungkap dan Polri tidak perlu ragu menindaklanjutinya.
Sedangkan atas meninggalnya Fatir, Poempidan mengucapkan bela sungkawa mendalam kepada pihak keluarga. Fatir menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Korban meninggal dunia setelah menjalani masa kritis dan perawatan selama satu bulan lebih akibat terkena peluru nyasar, Jumat, 1 Februari lalu, di kediaman orang tuanya, Jala Baji Gau No 3F, Makassar. Fathir terkena peluru nyasar saat tengah bermain bersama kakak kandungnnya di dalam kamar sekitar pukul 20.00 WITA.