Delegasi Parlemen Indonesia menghadiri Sidang the 28th Executive Committee (EXCOM) di Isfahan, Iran Tanggal 29-30 September 2012 lalu. delegasi dipimpin oleh Ketua BKSAP Surahman Hidayat dan Muhammad Najib.
Menurut Surahman dalam siaran persnya, delegasi Indonesia terlibat aktif dalam membahas agenda-agenda yang sudah ditetapkan, terutama mengenai tema-tema yang akan dijadikan resolusi-resolusi dalam Konfrensi PUIC pada Januari tahun depan di Khartum Sudan.
“Sebagai negara yang yang mengetuai Parlemen Negara-Negara OKI (PUIC) periode 2012, DPR RI sangat aktif menyuarakan kepentingan-kepentingan nasional dan global khususnya dunia Islam dalam berbagai forum PUIC termasuk pada Executive Committee (EXCOM) di Isfahan Iran,”kata Surahman.
Dalam sidang EXCOM tersebut, kata Surahman, delegasi Parlemen Indonesia diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebagai Presiden PUIC.
“Kesempatan tersebut digunakan untuk menyampaikan beberapa hal penting antara lain, mengenai pentingnya penguatan keterlibatan dan peran PUIC di era sekarang, mengingat tantangan dan perubahan yang sangat cepat yang belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, seperti demokratisasi yang terjadi di sejumlah negara anggota PUIC,”jelas Surahman.
Selanjutnya, delegasi Parlemen Indonesia mengharapkan agar pertemuan EXCOM ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang konstruktif dan dapat di aplikasikan, sehingga PUIC menjadi bagian dari solusi atas permasalahan umat dan bukan menjadi bagian dari masalah umat.
“Delegasi parlemen Indonesia, memandang sidang EXCOM ini sangat krusial lantaran tantangan dan perubahan yang kian sukar diprediksi, sehingga memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam merespon perbagai permasalahan umat seperti masalah muslim Rohingya, pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW, dan dinamika di Afrika Utara dan Timur Tengah yang semuanya dapat menjadi ancaman bagi keamanan dan stabilitas dunia,”terang politisi dari Fraksi PKS ini.
Surahman menambahkan, pada kesempatan tersebut, delegasi Parlemen Indonesia mengingatkan agar resolusi-resolusi yang telah ditetapkan PUIC tidak sekedar tulisan diatas kertas, tapi juga harus dapat di implementasikan terutama terkait isu-isu yang sudah lama menjadi perhatian PUIC seperti isu Palestina.
“Dalam kaitan ini, delegasi Indonesia menekankan pentingnya implementasi rekomendasi yang tertuang dalam salah satu resolusi PUIC terkait kunjungan para ketua parlemen negara anggota PUIC ke Jalur Gaza sebagai bentuk dukungan untuk dihapuskannya blockade atas wilayah itu sejak tahun 2008 lalu,”tegasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, bahwa dikesempatan itu, delegasi Parlemen Indonesia mengusulkan adanya mekanisme internal di PUIC untuk mencegah terjadinya penistaan dan penghinaan terhadap simbol-simbol Islam, seperti yang terjadi akhir-akhir ini terkait penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Delegasi Parlemen Indonesia dalam sidang EXCOM, ujar Surahman, memberikan beberapa catatan antara lain mengusulkan agar dilanjutkannya kajian dan elaborasi gagasan pendiri Islamic Parliament (Parlemen Islam) oleh Komisi Ahli yang sudah dibentuk sebelumnya dan agar Komisi Ahli lebih diperluas dan terbuka, “Usulan ini akhirnya dituangkan dalam laporan akhir sidang EXCOM,”jelas Surahman.
Catatan lainnya, kata Surahman, menekankan agar perhatian dan perlindungan terhadap pekerja-pekerja wanita di negara-negara PUIC dimasukan sebagai salah satu draf resolusi. “Usulan tersebut diakomodasi kedalam salah satu draf resolusi Komisi HAM, Wanita dan Keluarga, kendati tidak secara khusus menyebutkan resolusi perlindungan terhadap pekerja wanita,”terang Surahman.
Delegasi Parlemen Indonesia, juga menekankan pentingnya implementaso resolusi yang mengamanatkan kunjungan ketua-ketua parlemen anggota PUIC ke Jalur Gaza, dimana kunjungan tersebut merupakan usulan Indonesia. “Selain itu, delegasi Indonesia juga kembali menegaskan bersatunya bangsa Palestina dalam melawan penjajahan Israel,”tegas Surahman.