Presiden Parlemen Negara-negara Anggota Organisasi Kerja sama Islam/OKI (PUIC) Marzuki Alie, secara resmi menutup konferensi ke-7 PUIC yang diselenggarakan sejak 24-31 Januari 2012 di Palembang, Sumatera Selatan.
"Melalui sidang-sidang yang berjalan dengan penuh dinamika, konstruktif dan produktif telah dihasilkan sejumlah keputusan penting yang berkaitan dengan isu-isu dan tantangan yang dihadapi dunia Islam," ujarnya.
Berbagai keputusan konferensi yang dihadiri oleh 37 delegasi parlemen negara-negara anggota OKI dan 10 peninjau dari berbagai organisasi internasional itu, menurut Marzuki yang juga Ketua DPR, dituangkan dalam bentuk resolusi, Deklarasi Palembang dan Komunike Akhir.
Deklarasi Palembang memuat sejumlah pandangan, sikap dan juga komitmen PUIC terhadap berbagai isu dan tantangan yang dihadapi masyarakat serta dunia Islam, khususnya terkait upaya memajukan demokrasi, perdamaian, keadilan dan peningkatan solidaritas diantara sesama negara muslim.
Sementara Komunike Akhir memuat pernyataan yang menegaskan kembali sikap dan komitmen PUIC terhadap sejumlah isu yang dihadapi negara-negara anggota PUIC di berbagai kawasan.
Resolusi-resolusi PUIC hasil konferensi di Palembang merupakan seruan PUIC atas sejumlah isu di bidang politik dan ekonomi, HAM dan lingkungan hidup, serta peran perempuan dan sosial budaya.
Gagasan RI
Di tempat yang sama, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR yang juga Ketua Panitia Pengarah konferensi Hidayat Nurwahid, menuturkan, berbagai gagasan Indonesia telah mewarnai pemikiran konferensi PUIC di Palembang tersebut.
Sejumlah isu tersebut, kata Hidayat, di antaranya dalam isu politik, delegasi Indonesia mengusulkan langkah untuk memerangi terorisme melalui peningkatan peran masyarakat sipil dalam dialog agama, budaya dan peradaban serta menumbuhkan iklim demokrasi dan penegakkan HAM sebagai bagian penting menyelesaikan akar terorisme.
"Atas ide ini, sejumlah peserta menyatakan dukungannya mengingat dinamika politik di beberapa negara anggota PUIC telah mengarah pada meningkatnya tuntutan peran masyarakat sipil dalam proses demokrasi perlu mendapat ruang agar menutup penggunaan cara-cara teror," ujarnya.
Delegasi Indonesia juga secara serius mengajak anggota PUIC mencermati perkembangan krisis keuangan global yang saat ini melanda Eropa, Amerika dan negara-negara industri lainnya, terutama dampak negatif yang ditimbulkannya.
Untuk memperkuat stabilitas sistem keuangannya melalui sejumlah kebijakan di sektor keuangan, parlemen Indonesia mengajak peserta konferensi meningkatkan kerja sama perdagangan serta memberikan ruang bagi pertumbuhan peran bank Islam/syariah dalam perekonomian negara-negara Islam.
Secara keseluruhan, menurut Hidayat, delegasi Indonesia berhasil memainkan peran penting dalam mewarnai pemikiran-pemikiran yang berkembang selama berlangsungnya konferensi PUIC itu, terutama dalam memperkuat peran parlemen negara-negara Islam dalam menghadapi perubahan politik, ekonomi, sosial dan budaya ditingkat internasional dan regional.