Tidak ada yang mengejutkan dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan citra politisi muda terpuruk. Banyak politisi muda yang memang tidak memiliki kemampuan yang memadai.
Demikian disampaikan politisi muda dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasir Djamil, kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu malam (30/10).
"Rata rata mereka menjadi politisi karena memiliki fasilitas. Seperti anak ketua umum partai, anak bupati, anak walikota dan anak gubernur," kata Nasir.
Hal ini, lanjut Nasir, menjadi bukti bahwa organisasi pemuda yang ada di Indonesia gagal melalukan kaderisasi. Organisasi pemuda masih menjadi tempat berkumpul dan mencari popularitas, bukan sebagai tempat mencetak kader bangsa.
"Di samping itu politisi muda di DPR juga masih takut dengan ancaman pergantian antar-waktu (PAW) bila mereka mengkritisi kebijakan pemerintah dan partainya sendiri," demikian Nasir.