Hingga kini, DPR RI masih menunggu sikap resmi Pemerintah terkait melonjaknya harga minyak dunia yang menyentuh level di atas 100 dolar AS per barel. Harga minyak dunia saat ini telah jauh melebihi asumsi harga minyak yang dimasukkan dalam APBN 2011, yakni 80 dolar AS per barel.
Wakil Ketua DPR M Anis Matta mengatakan, DPR juga masih menunggu realisasi program penghematan BBM subsidi yang diamanatkan dalam UU APBN 2011. "Pada 20 Mei mendatang Pemerintah melalui Menkeu akan membacakan laporan nota keuangan 2011. Setelah pemerintah menyampaikan laporan nota keuangannya baru kita bisa komentar. Karena dari situ kita bisa lihat ada tidaknya perubahan asumsi minyak sebelumnya," ujar Anis di Gedung DPR, Rabu (11/5).
Anis mengatakan, melonjaknya harga minyak dunia saat ini belum tentu memberikan imbas pada membengkaknya anggaran APBN, khususnya untuk subsidi. Apalagi, kenyataan saat ini posisi mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS. "Hal ini sangat membantu dalam mengimbangi naiknya harga minyak dunia pada penguatan ekonomi dalam negeri," ujar Sekjen DPP PKS ini.
Menurut Anis, dampak yang paling mungkin dirasakan akibat melonjaknya harga minyak dunia pada asumsi makro adalah pada sektor produksi dan industri. "Kalau imbasnya ke negara lebih baik kita hitung dulu aja," ujarnya.
Anis mengatakan, faktor melonjaknya harga minyak dunia yang terjadi 1-2 bulan lalu karena dipicu oleh revolusi yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah. Namun, seiring dengan membaiknya kondisi di sana, harga minyak dunia cenderung sedikit menurun, meski masih fluktuatif.
"Kalaupun saat ini di Timur Tengah masih ada gejolak politik, itu terjadi di negara Timur Tengah yang ladang sumur minyaknya terbatas. Seperti di Mesir dan Suriah, itu kan bukan negara penghasil minyak besar kan," kata Anis.