Suasana Balai Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, tampak berbeda pada Senin (29/9/2025). Lantai dua balai desa yang biasanya menjadi ruang pertemuan warga, hari itu penuh dengan tamu penting. Rombongan Komisi V DPR RI hadir dalam kunjungan kerja spesifik, dipimpin langsung Wakil Ketua Komisi V, Roberth Rouw.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, Wakil Bupati Benny Indra Ardhianto, Kades Ponggok Djunaedi Mulyono, Pj Sekda Jaka Purwanto, jajaran Forkopimcam, hingga 13 pengurus Bumdes kategori maju dari berbagai desa di Klaten.
Tak sekadar pertemuan formal, kunjungan ini lebih menyerupai “kelas inspirasi” tentang bagaimana sebuah desa mampu mengelola potensi lokalnya hingga mendunia.
Ponggok, Desa yang Berubah Jadi Destinasi Wisata
Nama Desa Ponggok sudah lama melambung berkat Bumdes Tirta Mandiri. Desa ini berhasil mengelola Umbul Ponggok, kolam mata air jernih yang disulap menjadi destinasi wisata snorkeling air tawar. Tak hanya itu, Bumdes juga merambah sektor perikanan, pertanian, hingga ekonomi kreatif yang melibatkan warga.
Menurut data Dinas Pariwisata Klaten, sebelum pandemi, Umbul Ponggok mampu menyedot lebih dari 300 ribu pengunjung per tahun dengan omzet miliaran rupiah. Inovasi ini menjadikan Ponggok sebagai ikon keberhasilan model desa mandiri.
“Komisi V datang ke sini ingin belajar langsung bagaimana Bumdes Tirta Mandiri mengelola potensi desa. Harapannya, pola ini bisa menjadi rujukan nasional,” ujar Roberth Rouw dalam paparannya.
Sinkronisasi Bumdes dan Kopdes
Kunjungan ini juga sebagai fungsi pengawasan atas Program Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes MP). Roberth menegaskan, Ponggok adalah contoh desa yang siap mendampingi desa lain tanpa mengorbankan eksistensi Bumdes.
Anggota Komisi V, Musa Rajekshah, menambahkan pentingnya pemisahan peran antara Bumdes dan Kopdes. “Bumdes modalnya dari Dana Desa, sementara Kopdes berbasis masyarakat. Modal Kopdes bisa melalui pinjaman Bank Himbara. Jadi tidak boleh bercampur,” katanya.
Musa, yang juga mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara, bahkan mendorong Ponggok untuk go internasional. “Ponggok sudah waktunya dipromosikan ke luar negeri agar turis asing datang lebih banyak,” ucapnya.
Harapan Daerah dan Realita Desa
Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, tak menutupi kebutuhan dasar yang masih harus dikejar. “Untuk mendukung pariwisata, Klaten butuh perbaikan infrastruktur dan tambahan penerangan jalan umum. Kami berharap bantuan Komisi V bisa mendorong percepatan itu,” ujarnya.
Sementara itu, Kades Ponggok, Djunaedi Mulyono atau akrab disapa Joned, mengungkapkan Kopdes MP di desanya masih merintis. “Omzetnya baru sekitar Rp17 juta per bulan. Yang penting jalan dulu. Kami sudah menyediakan sembako, gas elpiji, layanan klinik, kargo pengiriman, hingga pembayaran listrik,” jelasnya.
Meski masih kecil, Joned optimistis Kopdes bisa berkembang. Pihaknya bahkan membuka pintu bagi desa lain yang ingin belajar. “Kami sangat terbuka, siapa saja boleh tiru, karena tujuan kita sama: demi kemajuan desa,” katanya.
Inspirasi yang Menyebar ke Nusantara
Kunjungan Komisi V DPR RI ke Desa Ponggok bukan sekadar seremonial. Para anggota dewan yang berasal dari berbagai daerah berencana menularkan pengalaman ini ke dapil masing-masing.
Dengan contoh nyata Ponggok, desa-desa di Indonesia kini punya gambaran konkret: bahwa kemandirian ekonomi bukan sekadar mimpi, melainkan bisa diwujudkan lewat keberanian berinovasi, kolaborasi, dan tata kelola yang profesional.
Ponggok menjadi bukti bahwa desa bisa jadi pusat kemajuan, bukan sekadar penonton pembangunan.