Siapa Caleg 2024 untuk DPR-RI/ DPD-RI/ DPRD Prov. dan DPRD Kab./Kota-mu? Cek di sini...

Berita Anggota Parlemen

Kenaikan Cukai Rokok Ancam Devisa dan Daya Beli

sumber berita , 10-01-2018

Rencana pemerintah yang ingin menaikkan cukai rokok hingga 10,04 persen, spontan akan menggerus devisa negara dari pendapatan cukai rokok. Selain itu, daya beli masyarakat terutama konsumen rokok tentu ikut menurun.

Kebijakan pemerintah ini dinilai anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono tidak efektif. Banyak sektor yang ikut tergerus dari kebijakan ini. Misalnya, UMKM produsen rokok dan petani tembakau sangat terganggu. Angka pengangguran baru juga akan meningkat. “Rencana kenaikan cukai rokok menjadi 10,04 persen berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya yang dihubungi lewat pesan singkat di Jakarta, Rabu (10/1/2018).

Diungkap politisi Partai Gerindra ini, konsumen rokok di tanah air mencapai sekitar 70 persen dari total penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia mencapai 250 juta, maka ada sekitar 180 juta konsumen rokok (perokok) yang akan terbebani. Daya beli konsumen ini menurun kendati masih ada pembeli rokok yang mungkin tetap memaksakan diri membeli rokok. Sementara UMKM yang ikut tergerus sekitar 10 persen dari 65 juta UMKM di Indonesia.

“UMKM jenis ini bakal mati berguguran. Padahal, UMKM tersebut mendongkrak peningkatan ekonomi dan memberikan lapangan kerja. Jelas ini akan menurunkan industri kita yang awalnya ada 5000 industri. Jumlah itu bisa menurun hingga 600 industri saja akibat kenaikan cukai rokok ini,” seraya menambahkan, “Merokok itu justru menyehatkan,” kilah Bambang. Menurutnya, tak ada kaitan rokok dengan kesehatan. Merokok justru menghilangkan stres.

Politisi dari dapil Jatim I itu, mencontohkan para pemimpin dunia yang perokok. Sebut saja Soekarno, Soeharto, Fidel Castro, Deng Shio Ping, dan Ronald Reagen. Bahkan, Mbah Goto manusia berumur panjang di Seragen, Jateng yang berusia 100 tahun juga seorang perokok. ”Mereka meninggal bukan karena kanker paru dan tenggorokan yang diakibatkan merokok,” tandasnya.

Ditambahkan Bambang, devisa Rp 150 triliun yang selama ini didapat dari cukai rokok, bakal hilang. Rokok menyumbang 7-8 persen dari total devisa negara. 2 persen dari pajak rokok tersebut didistribusikan untuk daerah. “Rokok merupakan penyumbang pajak terbesar nomor 2 setelah migas,” ucapnya.

Diposting 10-01-2018.

Dia dalam berita ini...

Bambang Haryo S.

Anggota DPR-RI 2014
Jawa Timur I