Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah optimistis ketiga kandidat capres dan cawapres bakal memperkuat fokus kebijakan pada sektor pangan dan energi hijau, ketika terpilih nantinya. Sebab, menuruntnya, investasi pada sektor pangan dan energi hijau lebih menjanjikan.
“Saya kira investasi pada sektor pangan dan energi hijau menjanjikan imbal hasil yang baik. Apalagi kedua sektor itu didukung penuh oleh kebijakan, seperti insentif perpajakan, bea masuk, dan kemudahan kemudahan lainnya seperti perizinan,” kata Said sebagaimana dikutip Parlementaria, di Jakarta, Sabtu (27/1/2024).
Sementara, untuk sektor di luar pangan dan energi hijau, Said berpendapat kinerja investasi bakal melambat pada tahun ini, menimbang kondisi pemilu yang memberikan ketidakpastian bagi investor.
“Sepanjang konsolidasi kekuasaan hasil pemilu 2024 belum terjadi, saya kira investor akan lebih menahan diri”
“Saya perkirakan, investor akan menunggu, setidaknya setahun setelah pilpres, artinya baru tahun 2025 mereka melihat perkembangan konsolidasi kekuasaan di pemerintahan dan DPR. Sepanjang konsolidasi kekuasaan hasil pemilu 2024 belum terjadi, saya kira investor akan lebih menahan diri,” ujar Politisi Fraksi Partai NasDem ini.
Oleh sebab itu, bila target investasi pada tahun 2024 lebih tinggi dari tahun 2023, yakni dari Rp1.400 triliun menjadi Rp1.617 triliun, Said menilai target tersebut tidak mudah dicapai oleh pemerintah.
Selain kondisi politik dalam negeri, kondisi global dengan ketegangan global di Timur Tengah yang makin meluas, perang Rusia dan Ukraina belum berakhir, dan ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia Timur juga akan menahan arus modal masuk ke Indonesia.
Menurut dia, investor global akan lebih memilih di negara negara konservatif, dengan kondisi ekonomi yang lebih stabil. Kebijakan suku bunga tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat yang belum terlihat akan berakhir kemungkinan bisa menyedot dolar AS bertahan di kampungnya.
Maka dari itu, dia berpendapat wajar bila Bank Dunia membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari target APBN 2024. Bank dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,9 persen, sementara asumsi makro di APBN 2024 sebesar 5,2 persen.
“Akhirnya, saya pikir berat dan berat target investasi di tahun politik ini,” tutur dia.